Rabu, 20 Oktober 2021

Teori Prilaku Konsumen 2

 

Perilaku Konsumsi Dalam Islam

1. Mashlahah

Maslahah dalam ekonomi Islam, ditetapkan sesuai dengan prinsip rasionalitas muslim, bahwa setiap pelaku ekonomi selalu ingin meningkatkan maslahah yang diperolehnya. Seorang konsumen muslim mempunyai keyakinan bahwa, bahwasanya kehidupannya tidak hanya didunia tetapi akan ada kehidupan di akhirat kelak.

Formula dalam Mashlahah

    M=F+B

Dimana:

M = maslahah

F = Manfaat

B = Berkah

Sementara berkah merupakan interaksi antara manfaat dan pahala, sehingga :

B= (F) (P) Dimana: P = Pahala total Adapun pahala total, P adalah: P= Bip

Dimana Bi adalah frekuensi kegiatan dan p adalah pahala per unit kegiatan.

Dengan mensubtitusikan persamaan diatas, maka

● B = F ßip

Selanjutnya dengan melakukan subtitusi, maka diperoleh:

●M = F + F ßip 

Persamaan Diatas dapat ditulis:

M=F(1 + F Bip)

Ini menunjukan bahwa ketika pahala suatu kegiatan tidak ada misalnya, ketika mengkonsumsi barang yang haram, maka maslahah yang diperoleh konsumen adalah hanya sebatas manfaat yang dirasakan di dunia (F). Demikian pula sebaliknya, jika suatu kegiatan yang sudah tidak memberikan manfaat (di dunia), maka nilai keberkahannya juga tidak ada sehingga maslahah dari kegiatan tersebut juga tidak ada.

Karakteristik Manfaat dan Berkah dalam Konsumsi

Mashlahah dalam konsumen muncul ketika kebutuhan riil terpenuhi, yang belum tentu dapat dirasakan sesaat setelah melakukan konsumsi. Misalnya ketika seorang konsumen meneliti barang-barang tahan lama seperti sepeda motor, kebutuhan nil baru diketahui setelah sepeda motor dipergunakan berkali-kali, misalnya daya tahan lama sparepart, faktor keamanan, nilai purna jual, dan sebainya. Inilah mashiahah yang bisa dirasakan langsung didunia yaitu berupa mashlahah fisik atau material. Kepuasan yang dirasakan konsumen karena murahnya harga atau desain yang menarik, namun tidak awet adalah kepuasan yang lahir karena kebutuhan semu atau jangka pendek.

Mashlahah yang diperoleh konsumen ketika membeli barang dapat berbentuk satu diantara hal berikut:

1. Manfaat Material

2. Manfaat Fisik & Psikis

3. Manfaat Intelektual

4. Manfaat terhadap Lingkungan

5. Manfaat Jangka Panjang

Syarat Keberkahan Dalam Konsumsi :

• Barang/jasa yang dikonsumsi bukan merupakan barang haram.

• Tidak berlebih-lebihan dalam jumlah konsumsi

• Diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah.

2.  Maqashid Syariah

Substansi maqasid syariah adalah kemaslahatan. Kemaslahatan dalam taklif Tuhan dapat berwujud dua bentuk, yaitu: pertama, dalam bentuk hakiki, yakni manfaat langsung dalam arti kausitas, kedua, dalam bentuk majazi, yakni bentuk yang membawa kemashlahatan. Makna maslahah adalah kepentingan umum. Maslahah kadang-kadang mengandung makna yang sama dengan maqasid, dan para ahli telah menggunakan kedua istilah ini hampir secara bergantian.

Ada 5 Bentuk Maqashid Syariah dalam Sudut Pandang Perilaku Konsumsi :

• Menjaga Agama

Dengan menjaga makanan yang dikonsumsi membuktikan bahwa seorang muslim juga menjaga agamanya dengan mengkonsumsi makanan

● Menjaga Jiwa

yang halal dan baik akan menjaga jiwanya.

• Menjaga Akal

Dengan mengkonsumsi yang tidak memabukan akan memnjaga akalnya

• Menjaga Keturunan

Dengan perilaku konsumen yang sesuai syariat Islam manusia, akan ikut serta dalam menjaga keturunannya.

• Menjaga harta

Harta merupakan kemaslahatan dunia, sehingga dalam mencari kebutuhan hidup haruslah harta yang halal.

Klasifikasi Mashlahah Menurut Tingkat Prioritasnya :

- Dharuriyah (primer) yaitu kemaslahatan yang menjadi dasar tegaknya kehidupan asasi manusia

- Hajjiyah (sekunder) adalah kebutuhan sekunder atau kebutuhan setelah kebutuhan dharuriyat.

- Tahsiniyah (tersier) adalah tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi salah satu dari kelima pokok diatas serta tidak pula menimbulkan kesulitan untuk manusia.

3. Determinasi Konsumsi Dalam Perspektif Islam

~ Konsumsi dalam Islam

Aturan dan kaidah konsumsi dalam system ekonomi islam menganut paham keseimbangan dalam berbagai aspek. Konsumsi yang dijalankan oleh seorang muslim tidak boleh mengorbankan tan individu masyarakat kemudian, tidak diperbolehkan mendikotomi antara kenikmatan dunia dan akhirat, bahkan sikap ekstrim pun harus dijauhkan dalam berkonsumsi.

Urgensi dan Tujuan Konsumsi

- Urgensi

Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian, Adanya konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan demikian akan menggerakkan roda-roda perekonomian.

- Tujuan

Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengabdian kepada Allah akan menjadikan konsumsi itu bernilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan pahala

Karakteristik Konsumsi dalam Perspektif Ekonomi Islam

Konsumsi bukanlah aktifitas tanpa batas, melainkan juga terbatasi oleh sifat kehalalan dan keharaman yang telah digariskan oleh syara'

Konsumen yang rasional (mustahlik al-aqlani) senantiasa membelanjakan pendapatan pada berbagai jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan jasmani maupun rohaninya.

Menjaga keseimbangan konsumsi dengan bergerak antara ambang batas bawah dan ambang batas atas dari ruang gerak konsumsi yang diperbolehkan dalam ekonomi Islam (mustawa al-kifayah).

Memperhatikan prioritas konsumsi antara daruriyat, hajiyat dan takmiliya

Aturan Konsumsi dalam Islam :

1. Keseimbangan dalam berkosumsi

2. Tidak boleh hidup bermewah-mewahan

3. Pelarangan Israf (kikir), tabdzir (baras), dan safih (menuruti hawa nafsu)

4. Larangan berkosumsi atas barang dan jasa yang membahayakan/haram

Prinsip Konsumsi dalam Islam :

- Halal

- Kebersihan & Menyehatkan

- Kemurahan hati

- Moralitas

- Kesederhanaan

- Keseimbangan Konsumsi dalam Islam

 Aspek Keseimbangan Konsumsi :

• Zakat & Perilaku Sosial

• Pemerataan Pendapatan

• Kesejahteraan Masyarakat

• Sumber Dana Pembangunan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI PERILAKU PRODUSEN

  1. Evaluasi teori produksi konvensional : Pareto Optimality dan Given Demand Hypothesis Pareto Optimality Pareto optimal didefinis...