Selasa, 02 November 2021

Teori permintaan islam

 

Dalam ekonomi konvensional, permintaan (demand) yang berarti suatu keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Dalam pasar, seorang konsumen melakukan permintaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Permintaan yang dilakukan oleh konsumen adalah cara mereka untuk memperolek kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya. Pendapatan dan harga sangat mempengaruhi permintaan konsumen.

Hukum permintaan, makin rendah harga barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan barang tersebut.

Faktor-faktor penentu permintaan :

1)      Harga barang itu sendiri

2)      Harga barang lain yang berkaitan

3)      Erat dengan barang tersebut

4)      Tingkat pendapatan perkapita

5)      Ramalan harga dimasa yang akan datang

6)      Jumlah penduduk

7)      Selera atau kebiasaan

8)      Usaha-usaha produsen

Permintaan dalam ekonomi islam

Menurut ibnu taimiyyah. Pengertian permintaan adalah hasrat terhadap sesuatu atau jumlah barang yang diminta (raghbah fil al-syai). Dalam ekonomi islam terdapat batasan-batasan syariah yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dalam meminta atau membeli sejumlah komoditas. Islam mengharuskan seorang muslim untuk membeli dan menggunakan komoditas (barang atau jasa) yang halal dan thayyib, dan meninggalkan komoditas haram.

Hukum permintaan

Permintaan terhadap komoditas halal sama dengan permintaan dalam ekonomi konvensional, yaitu berbanding terbalik terhadap harga komoditas. Apabila harga naik, maka jumlah komoditas halal yang diminta akan berkurang, dan sebaliknya, apabila harga turun, maka jumlah komoditas halal yang diminta akan bertambah.

Kurva permintaan


Kurva permintaan diatas menunjukkan, bahwa pergerakan kurva permintaan terjadi dari kiri kebawah ke kanan atas dan sebaliknya yang menunjukkan bahwa kemiringan/gradien/slope-nya positif. Hal ini terjadi karena hubungan terbalik antara permintaan dengan harga

Kurva permintaan barang halal


Kurva permintaan diturunkan dari titik-titik persinggungan antara indifference curve dengan budget line. Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian, kita mendapatkan slope kurva permintaan yang negatif untuk barang halal, sebagaimana lazimnya kurva permintaan yang dipelajari dalam ekonomi konvensional.

Kurva permintaan barang halal dalam pilihan halal-haram

Dalam hal pilihan yang dihadapi antara barang hal dan barang haram, maka optimal solution-nya adalah corner solution. Katakanlah seorang konsumen mempunyai pendapatan 1= rp1juta perbulan, dan menghadapi pilihan untuk mengonsumsi barang halal x dan barang haram y, katakanlah pula harga barang x px=rp100ribu, dan harga barang y py=rp200robu. Titik a, a¹a² menunjukan konsumsi seluruhnya dialokasikan dengan barang x, dan titik b menunjukan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang y.

Dengan mengasumsikan perubahan hanya pada barang x, maka kita sekarang memiliki tiga tipe garis anggaran yang berbeda. Pada harga x sama dengan rp 100ribu budget line berapa pada bl. Sedang pada harga x sebesar rp50ribu budget line berada pada bl demikian juga ketika harga x berada pada level rp25ribu naka budget line menjadi bl, dengan menggunakan simulasi penurunan harga barang xiyang halal ini maka kita dapat memformulasikan kurva permintaan barang halal x dalam pilihan halal- haram.


Penurunan Kurva Permintaan Barang X Halal dan Barang Y haram

 


Suboptimal solution, Barang Halal X dan Barang Haram Y

 

Keadaan darurat tidak optimal

Dalam konsep islam, yang haram telah jelas dan begitu pula yang halal telah jelas. Secara logika ekonomi kita telah jelaskan bahwa bila kita dihadapkan oleh kedua pilihan, yaitu barang halal dan barang haram, optimal solutionnya yaitu mengalokasikan seluruh pendapatan kita untuk mengkonsumsi barang halal. Tindakan mengkonsumsi barang haram berarti meningkatkan disutility, sebaliknya tindakan mengurangi konsumsi barang haram berarti mengurangi disutility. Sub-optimality keadaan darurat dengan jelas terlihat bila kita membandingkan titik dp dengan titik qx(u²). Optimal solution untuk tingkat utility u² adalah corner solution pada tingkat qxf, oleh karena tingkat utility u² lebih baik dibandingkan dengan tingkat utility u1.

Permintaan barang haram dalam keadaan darurat



Darurat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengancam keselamatan jiwa. Oleh karena itu, sifat darurat itu sendiri adalah sementara maka permintaan barang haram pun hanya bersifat insindentil. Secara matematis keaadaan ini digambarkan sebagai fungsi yang discrete, bukan fungsi yang kontinue.

Konsumsi inter-temporal konvensional

Konsumsi inter-temporal adalah konsumsi yang dilakukan dalam dua waktu, yaitu masa sekarang (periode pertama) dan masa yang akan datang (periode kedua)

Dimana:

Y=C+S

Y: pendapatan

c: konsumsi

S: tabungan

 

Y1=c1+s1

y2+c2+s2

Jika c1>y1, maka:

• meminjam

• mengurangi konsumsi/uang periode 2

Pendapatan pada periode pertama

Y1=c1+s1 y2=c2+s2

Pendapatan pada periode kedua

y2=c2+s2

Jenis perilaku konsansı inter temporal

Y1=c1+s1 y2=c2+s2

Borrower : C > m

Lender : C < m

Polonius Poin : C = m

Kurva borrower


Kurva lender

 

Konsumsi inter-temporal islam

Konsumsi inter-temporal dalam ekonomi islam merujuk pada monzer kahf yang berusaha mengembangkan pemikiran tentang hal ini, dengan memulai membuat asumsi sebagai berikut:

1)      Islam dilaksanakan oleh masyarakat.

2)      Zakat hukumnya wajib.

3)      Tidak ada riba dalam perekonomian.

4)      Mudharabah merupakan wujud dalam perekonomian.

5)       Pelaku ekonomi bersikap rasional dengan memaksimalkan kemaslahatan.

Konsep konsumsi inter-temporal dijelaskan oleh hadits nabi muhammad saw:

"tidak ada sedikit pun di antara yang kami punyai(yakni harta dan penghasilan) benar-benar jadi milikmu kecuali yang kamu makan dan gunakan habis, yang kamu pakai dan kamu tanggalkan, dan yang kamu belanjakan untuk kepentingan bersedekah, yang imbalan pahalanya kamu simpan untukmu". (h.r. muslim dan ahmad). Maknanya adalah apa yang kamu miliki adalah apa yang telah kamu makan dan apa yang telah kamu infakkan

Y = fs+ S

Dimana:

Y= pendapatan

Fs= konsumsi +infak

S=tabungan

Efek subtansi dan efek pendapatan terhadap permintaan dalam islam

Substitution effect atau efek substitusi adalah keinginan konsumen untuk menggantikan barang yang lebih murah dan meninggalkan barang yang lebih mahal. Jadi, jika harga barang naik, konsumen akan cenderung membeli barang pengganti. Sedangkan income effect atau efek pendapatan adalah perubahan permintaan untuk barang atau jasa yang disebabkan oleh perubahan pendapatan riil, yang mencerminkan daya beli konsumen.

Dalam islam, barang yang halal dan barang yang haram sudah ditetapkan dengan jelas. Secara logika ekonomi telah dijelaskan bahwa bila konsumen muslim dihadapkan kepada dua pilihan yaitu barang halal dan barang haram, maka solusi optimalnya apalah corner solution, yaitu mengalokasikan seluruh pendapatan yang dimiliki untuk mengkonsumsi barang halal.

Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib. Aturan islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali dalam keadaan darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan berpengaruh terhadap muslim tersebut. Di saat darurat seorang muslim dibolehkan mengkonsumsi barang haram secukupnya. Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai banyak uang tidak serta merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah berapapun yang diinginkannya.

Jadi, dalam islam, efek substitusi untuk menggantikan barang halal dengan mengkonsumsi barang yang haram sebenarnya tidak diperbolehkan, tetapi jika dalam keadaan darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan berpengaruh terhadap muslim tersebut, maka diperbolehkan untuk mengkonsumsi barang yang haram. Sedangkan dalam islam, efek pendapatan yaitu ketika pendapat riil orang tersebut naik, maka orang ya g mempunyai banyak uang itu tidak serta merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslimtidak berlebihan (israf) dan harus mengutamakan kebaikan (maslahah).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI PERILAKU PRODUSEN

  1. Evaluasi teori produksi konvensional : Pareto Optimality dan Given Demand Hypothesis Pareto Optimality Pareto optimal didefinis...