Rabu, 22 September 2021

KONSEP RASIONALITAS



A. Pengertian Ekonomi Islam dan Ekonomi konvensional Ekonomi Islam 

    Dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi Syariahnya harus sesuai dengan tuntutan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid Syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta). Ekonomi konvensional didefinisikan menjadi suatu ilmu yang digunakan untuk memenuhi tuntutan nafsu manusia semata tanpa ada aturan yang jelas, serta melegalkan terjadinya eksploitasi dalam kegiatan ekonomi yang terjadi.

1. Evaluasi Konsep Rasionalitas Rasional adalah kemampuan untuk mempertimbangkan aspek dan menganalisis     relevansi informasi yang berhubungan dengan suatu kejadian, baik yang berupa fakta, opini, maupun data.
2   Rasionalitas ekonomi konvensional didasarkan pada pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan untuk memperoleh kepuasan maksimal dengan pengorbanan minimal. Selain itu menekankan pada kepentingan pribadi sehingga rasionalitas tersebut akan berbeda antar individu. Ekonomi Islam dibangun untuk kepentingan pribadi dan juga kepentingan masyarakat secara bersama-sama sehingga rasionalitas perspektif Islam dapat merangkum semua rasionalitas setiap individu. Rasionalitas perspektif Islam bertujuan mencapai kesejahteraan baik dunia maupun akhirat.

B. Rasionalitas Dalam Perspektif Islam

    Menurut Adiwarman A. Karim mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan asumsi rasionalitas adalah anggapan bahwa manusia berperilaku secara rasional (masuk akal), dan tidak akan secara sengaja membuat keputusan yang akan menjadikan mereka lebih buruk. Perilaku rasional dapat mempunyai dua makna yaitu metode dan hasil. Dalam makna metode, perilaku rasional berarti “action selected on the basis of reasoned thought racher than out of habbit, prejudice or emotion (tindakan yang dipilih berdasarkan pikiran yang beralasan, bukan berdasarkan kebiasaan, prasangka, atau emosi).” Sedangkan dalam makna hasil, perilaku rasional berarti “action that actually secceeds in achieving desired goals (tindakan yang benar-benar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai).”

    Jika dalam ekonomi konvensional, manusia disebut rasional secara ekonomi jika selalu memaksimumkan utility untuk konsumen dan keuntungan untuk produsen, maka dalam ekonomi Islam, seorang pelaku ekonomi, baik produsen maupun konsumen, akan selalu berusaha memaksimalkan mashlahah. Konsep rasionalitas dalam ekonomi Islam lebih luas dimensinya dari pada ekonomi konvensional. Rasionalitas ekonomi dalam Islam diarahkan sebagai dasar perilaku kaum muslimin yang mempertimbangkan kepentingan diri, sosial, dan pengabdian kepada Allah. Manusia perlu bertindak rasional karena ia mempunyai beberapa kelebihan dibanding ciptaan Allah yang lain. Manusia dianggap bertindak rasional apabila individu tersebut mengarahkan perilakunya untuk mencapai tahapan maksimum sesuai dengan syariat Islam.

Adapun prinsip dasar dalam rasionalitas ekonomi Islam adalah sebagai berikut: 

a. The concepts of success Konsep sukses dalam islam diukur dengan nilai moral Islam, bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki

b. Time scale of consumer behavior Seseorang muslim harus percaya adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat. Keyakinan ini membawa dampak mendasar pada perilaku konsumsi, yaitu: Ø Pilihan jenis konsumsi akan diorientasikan untuk kepentingan dunia dan akhirat. Ø Probabilitas kuantitas jenis pilihan konsumsi cenderung lebih variatif dan lebih banyak karena juga mencakup jenis konsumsi untuk kepentingan akhirat. 

c. Concept of wealth Harta merupakan anugerah Allah dan bukan merupakan sesuatu yang dengan sendirinya bersifat buruk sehingga harus dijauhi secara berlebihan. Harta merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup jika diusahakan dan dimanfaatkan secara benar. 

d. Concepts of goods Harta benda/barang (goods) merupakan karunia Allah kepada manusia. Islam telah menganjurkan untuk mengkonsumsi barang-barang yang termasuk dalam kategori halal dan at-tayyibat (barang-barang yang baik dan suci). Sebaliknya, barang-barang yang haram, seperti minuman keras, babi, bangkai, dan lain-lain dilarang dalam Islam. 

e. Ethics of comsumption Islam memiliki seperangkat etika dan nilai yang harus dipedomani manusia dalam berkonsumsi, seperti keadilan, kesederhanaan, kebersihan,tidak melakukan kemubadziran dan tidak berlebih-lebihan (israf).

1. Etika Rasionalitas dalam Konsumsi Islam Secara umum, moral didefinisikan sebagai standar perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat (benar) ataukah tidak (salah). Filosofi atau suatu standar moral setiap masyarakat dapat berbeda-beda, dan alasan inilah yang dikenal dengan istilah etika. Suatu perilaku yang dianggap rasional oleh paham konvensional dapat dianggap tidak rasional dalam pandangan Islam.

Rasionalitas dalam perilaku konsumen muslim haruslah berdasarkan aturan Islam sebagai berikut:

a). Konsumen muslim dikatakan rasional jika memiliki tingkat konsumsi lebih kecil dibanding non muslim karena yang dikonsumsi terbatas barang-barang yang halal dan thayib. QS. Al-Baqarah: 173

b). Haram juga menurut ayat ini daging yang berasal dari sembelihan yang menyebut nama Allah tetapi disebut pula nama selain Allah. Kemudian QS Al – Maidah ayat 93

c). Seseorang dikatakan rasional jika tidak menumpuk dan menimbun harta kekayaan melalui tabungan atau belanja barang mewah, namun harus melakukan investasi untuk pertumbuhan ekonomi (Al Arief, 2010)

2. Asumsi Rasionalitas dalam Ekonomi Islam Menurut ekonomi Islam, konsumsi yang dilakukan oleh konsumen tidak serta merta tentang kesukaan dan kebutuhannya, tetapi juga harus memperhatikan syarat sesuai syariat. Asumsi yang harus dipenuhi dalam konsumsi dalam Islam adalah:

    a.  Objek yang halal dan thayib ( halal dan thayib things)

    b. Lebih banyak tidak selalu baik ( the more isn’t always better)

C. Statisfaction of Wants dan Fullfilment of Need

    Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh manusia adalah merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan. Dimana satu individu membutuhkan sesuatu dari individu lain yang juga mebutuhkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

    Permasalahan yang harus kita ketahui adalah, bagaimana kebutuhan menurut ekonomi islam apakah ia sama dengan ekonomi konvensional?. Dimana kita ketahui, bahwa dalam ekonomi konvensiaonal, seseorang dalam pemenuhan kebutuhan pribadinya tidak dibatasi, dalam artian siapa yang membutuhkan dan ia mampu tidak ada batas baginya untuk memenuhi kebutuhannya. Yang sering terjadi adalah pemenuhan kebutuhan yang berlebihan, sementara itu bagi individu yang tidak mampu akan mengalami kekurangan karena ketidak mampuanya dalam memenuhi kebutuhan. Maka menarik kiranya kita mengkaji bagaimana sebenarnya hukum islam mengatur kebutuhan manusia sebagai manusia beragama.

1. Kebutuhan Dalam Ekonomi Islam Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup serta untuk meperoleh kesejahteraan. Kebutuhan juga bisa diartikan salah satu aspek psikologis yang mnggerakan makhluk hidup dalam aktivitasaktivitasnya dan menjadi dasar alasan berusaha. Secara umum yang dimaksud dengan kebutuhan adalah suatu keinginan manusia untuk memperoleh barang dan jasa. Dengan pengertian lain kebutuhan juga dapat dikatakan sebagai sesuatu yang diperlukan oleh manusia dalam bentuk barang dan jasa untuk mensejahterkan hidupnya. Menurut Islam semua barang dan jasa yang mempunyai maslahah dikatakan sebagai kebutuhan. Maslahah ialah kepemilikan atau kekuatan barang/jasa yang mengandung elemen-elemen dasar dan tujuan kehidupan umat manusia di dunia ini dan perolehan pahala untuk kehidupan akhirat.

Dalam ekonomi Islam kebutuhan manusia (Maqshid) terdiri dari tiga jenjang:

a.  Dharuriyat (Primer) Merupakan kemestian dan landasan dalam menegakkan kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat yang mencakup pemeliharaan lima unsur pokok, yakni : agama, jiwa, akal, keturunan dan harga.

b.  Hajiyyat (Sekunder) Maksudnya untuk memudahkan kehidupan, menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan yang lebih baik terhadap lima unsur pokok kehidupan manusia. Apabila kebutuhan tersebut tidak terwujudkan, tidak akan mengancam keselamatannya, namun akan mengalami kesulitan. Pada dasarnya jenjang hajiyat ini merupakan pelengkap yang mengokohkan, menguatkan, dan melindungi jenjang dharuriyat.

c.  Tahsiniyyat (Tersier) Maksudnya adalah agar manusia dapat melakukan yang terbaik untuk menyempurnakan pemeliharaan lima unsur pokok kehidupan manusia. Ia tidak dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai kesulitan, tetapi hanya bertindak sebagai pelengkap, penerang dan penghias kehidupan manusia.

1.       Konsep Pilihan Dalam Ekonomi Islam Dalam ekonomi konvensional, pada dasarnya satu jenis benda ekonomi merupakan substitusi sempurna bagi benda ekonomi lainnya sepanjang memberikan utulitas yang sama. Akibatnya, anggaran akan dialokasikan untuk mengkonsumsi bendabenda apa saja sepanjang utilitasnya maksimum.

    Ekonomi islam berpandangan bahwa antara benda yang satu dengan benda yang lainnya bukan merupakan subtitusi sempurna. Terdapat benda-benda ekonomi yang lebih berharga dan bernilai sehingga benda-benda tersebut akan diutamakan dibandingkan pilihan konsumsi lainnya. Disamping itu, terdapat prioritas dalam pemenuhan kebutuhan berdasarkan tingkat kemaslahatan yang dibutuhkan dalam menunjang kehidupan yang islami.

    Adapun prefernsi konsumsi dan pemenuhan kebutuhan manusia memiliki pola sebagai berikut.

    A.      Mengutamakan akhirat dari pada dunia

    B.     Konsisten dalam prioritas pemenuhan kebutuhan.

    C.     Memperhatikan etika dan norma.

D.Self Interest dan Multi Interest 

    Sasaran ilmu ekonomi adalah bagaimana mengatasi kelangkaan itu. Dari situ muncul definisi ilmu ekonomi yang dipegang hingga kini, yaitu “sebuah kajian tentang prilaku manusia sebagai hubungan antara tujuan-tujuan dan alat-alat pemuas yang terbatas, mengundang pilihan dalam penggunaannya”.

    Rasionalitas ekonomi dipahami sebagai tindakan atas dasar kepentingan pribadi (self-interest) untuk mencapai kepuasannya yang bersifat material lantaran khawatir tidak mendapatkan kepuasan itu karena terbatasnya alat atau sumber pemuas. Menurut Adam Smith, penekanan pada self-interest itu bukan berarti mengabaikan kepentingan masyarakat.

    Rasionalitas dalam ekonomi islam menghendaki setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan maslahah yang terbaik. Ukuran maslahah ialah dengan melihat berbagai aspek (multi-interest), tidak hanya diri sendiri (self-interest). Selain itu, pemenuhan kebutuhan haruslah mendahulukan yang daruriyyat (necessity) dan juga dengan melihat kadar halal dari pilihan tersebut. Dengan kata lain kebutuhan memiliki pengertian yang berbeda dengan keinginan, dimana kebutuhan merupakan hal yang mendesak yang harus dipenuhi sementara keinginan bersifat tidak terbatas.




Sumber : 

Afrina, Dita, ‘Rasionalitas Muslim Terhadap Perilaku Israf Dalam Konsumsi Perspektif Ekonomi Islam’, EkBis: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2.1 (2019), 23 <https://doi.org/10.14421/ekbis.2018.2.1.1088>

Arif, M. Nur Rianto Al, and Euis Amalia, ‘Teori Ekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional’, 2016, p. 328

Firmansyah, Herlan, ‘TEORI RASIONALITAS MENURUT EKONOMI ISLAM’, EKSISBANK: Ekonomi Syariah Dan Bisnis Perbankan, 2.1 (2018) <https://doi.org/10.37726/ee.v2i1.5>

Itstri, ‘Menilik Sebuah Fenomena Dengan Berpikir Rasional’, ITS Online, 2020 <https://www.its.ac.id/news/2020/04/15/menilik-sebuah-fenomena-dengan-berpikir-rasional/> [accessed 14 September 2021]

Ngasifudin, Muhammad, ‘Rasionalitas Dalam Ekonomi Islam’, JESI (Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia), 7.2 (2018), 111 <https://doi.org/10.21927/jesi.2017.7(2).111-119>

Nurohman, Dede, ‘Konsep Self-Interest Dan Maslahah Dalam Rasionalitas Ekonomi Islam’, ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 5.1 (2014), 100 <https://doi.org/10.15642/islamica.2010.5.1.100-115>

‘Rationality in Economic Theory: A Critical Appraisal’, IIUM Journal of Economics and Management, 1989, 79–94

Ridlwan, Ahmad Ajib, ‘Rasionalitas Dalam Ekonomi : Perspektif Konvensional Dan Ekonomi Islam’, Prosiding : Seminar Nasional Dan Call For Papers Manajemen, Ekonomi Dan Akuntansi, December 2016, 2016, 493–96

Salim, Agus, ‘KEBUTUHAN DAN PILIHAN MENURUT EKONOMI ISLAM’, Agus Salim Idea, 2018 <https://agussalimrasman.blogspot.com/2018/09/kebutuhan-dan-pilihan-menurut-ekonomi.html> 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEORI PERILAKU PRODUSEN

  1. Evaluasi teori produksi konvensional : Pareto Optimality dan Given Demand Hypothesis Pareto Optimality Pareto optimal didefinis...