1. Evaluasi teori produksi konvensional: Pareto Optimality dan Given Demand Hypothesis
Pareto Optimality
Pareto optimal didefinisikan juga sebagai sebuah kondisi dimana
sudah tidak mungkin lagi mengubah alokasi sumber daya untuk
meningkatkan kesejahteraan pelaku ekonomi (better off) tanpa
mengorbankan pelaku ekonomi yang lain (worse off). Dengan kata
lain, kondisi pareto terjadi ketika para pelaku ekonomi dalam
kondisi kesejahteraan yang optimal, dan kondisi yang lebih baik
dari inilah kondisi yang disebut dengan pareto improvement.
Evaluasi Pareto Optimality
Konsep Pareto optimum memiliki asumsi yang sangat rentan dan
sulit untuk terjadi dalam kehidupan nyata. Asumsi pertama adalah
bahwa kedua belah pihak dalam pertukaran saling mengenal
preferensi. Hal ini sangat sulit karena informasi di pasar tidak
simetris.
Given Demand Hypothesis
Given Demand Hypothesis, didefiniskan sebagai permintaan
yang diminta oleh seorang konsumen, dimana diasumsikan
bahwa berapapun yang ditwarkan akan diserap oleh pasar.
Dalam teori ini kemungkinan seorang konsumen akan meminta
apa saja yang akan memberikan kepuasan maksimum
Evaluasi teori given Demand Hypothesis
Dalam perspektif Islam, produksi harus dilakukan untuk merespon apa
yang benar-benar secara nyata menjadi kebutuhan dari konsumen atau
riel needs manusia. Kebutuhan seperti inilah yang akan membentuk
permintaan efektif (effective demand) sehingga harus disediakan oleh
para produsen. Untuk itu, produksi tidak saja harus hanya menghasilkan
barang dan jasa yang diperbolehkan oleh ajaran Islam dan dibutuhkan
masyarakat, bahkan mungkin harus menyusun prioritas-prioritas produksi
sesuai dengan urgensi pemenuhan kebutuhan itu.
2.Faktor produksi dalam kerangka Islam
Pada hakikatnya kegiatan produksi akan dapat dilaksanakan bila tersedia faktor-faktor produksi kaitanya dengan ke mana hasil produksi akan didistribusikan karena pendistribusian dalam bentuk penjualaan hasil produksi pada akhirnya merupakan
penunjang untuk kelanjutan produksi.Beberapa ahli ekonomi Islam membagi factor-faktor produksi
menjadi empat, yaitu tanah (sumber daya alam), tenaga kerja
(sumber daya manusia), modal dan organisasi
3. Perspektif Islam terhadap produksi
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait
dengan manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi,
produksi merupakan kegiatan menciptakan kekayaan dengan
pemanfaatan sumber alam oleh manusia. Berproduksi lazim
diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap
sesuatu produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah
hanya yang dibolehkan dan menguntungkan (yakni halal dan baik)
menurut Islam (Mohamed Aslam Haneef, 2010).
Berikut beberapa prinsip produksi dalam Islam:
Tujuan produksi menurut Yusuf Qardhawi, yaitu:
4.Penentuan balas jasa dalam perspektif Islam
Kompensasi atas jasa yang telah diberikan seorang tenaga kerja, dalam
pandangan Islam sesungguhnya upah. Upah atau gaji merupakan pembayaran
yang diberikan oleh majikan kepada pekerja atas usahanya terlibat dalam proses
produksi. Upah dalam bahasa Arab disebut al-ujrah.12 Dari segi bahasa al-ajru
yang berarti iwaḍ (ganti), oleh sebab itu al-sawab (pahala) dinamai juga al-ajru
atau atau al-ujrah (upah). Pembalasan atas jasa yang diberikan sebagai imbalan
atas manfaat suatu pekerjaan..
Dalam perspektif Ekonomi Islam, prinsip
pengupahan terbagi atas dua bagian,
yakni sebagai berikut :